Yang Tersisa dari Banjir Kamis Lalu


Jakarta Kamis (19/1/2012) lalu digenangi air. Hujan yang terjadi terus menerus semenjak Kamis dini hari hingga pagi menyebabkan Jakarta lumpuh akibat genangan air. Saya termasuk korban dari ratusan pekerja yang terjebak di tengah jalan gara-gara banjir.


Banjir di depan Hotel Sari Pan Pacific, Kmais (17/1/2013) membuat puluhan kendaraan terpaksa "parkir" di tengah jalan.

Sebenarnya jalur kemarin bukan rute rutin saya. Namun, karena ada suatu keperluan ke Kebon Sirih, akhirnya jam tujuh pagi sudah tjus dari rumah dengan rute Antasari-Blok M-Sudirman-Kebon Sirih.

Hujan sudah turun deras sejak saya berada di rumah. Entah kenapa, saya terus menghajar jalanan Jakarta pagi itu. Antasari hingga Blok M lancar. Begitu masuk wilayah Senayan mulai ketar-ketir. Keadaan mulai bundaran HI. Air menggenang, jalur kendaraan sudah pilih-pilih, macet pastinya. Kebanyakan kendaraan mengambil jalur kanan menghindari banjir. Motor pun masuk jalur cepet.

Keadaan lebih parah setelah bundaran HI. Mobil parkir di tengah jalan protokol. Motor pun selap-selip lewat jalur Transjakarta. Ada pula yang lewat trotoar supaya tidak terendam banjir. Yaaa, tau sendiri, kalau motor menerebos banjir, khawatir mogok. Akhirnya saya pasrah. Saya tepikan motor di depan kantor Kementrian Agama. Sementara yang lainnya, ada juga yang nekat menerobos banjir mengarah ke Bank Indonesia. Genangan air sendiri sudah mencapai lutut dewasa.

Ya, itulah sekelumit kesulitan yang diderita warga Jakarta Kamis (19/1) pagi lalu. Meski demikian, selalu ada sisi lainnya yang menarik dikisahkan. Dan saya akan mencoba merangkum bagian-bagian yang tercecer di dalamnya.


Ladang Rejeki
Ada duka, ada pula suka. Begitu pula pada saat banjir. Bila sebagian orang kantoran menderita akibat banjir, berbeda halnya dengan pedagang asongan. Ya, berkat hujan dan banjir yang mendera Jakarta, banyak pengendara yang sengaja menepi. Cuaca dingin yang menyelimuti pengendara membuat perut kian terasa lapar. (Mungkin) Kebetulan pagi itu penjual bajigur melintas di depan Kantor Kementrian Agama RI. Dia pun berhenti di sana.


Seketika itu pula, dagangannya laku. Pengendara yang menepi langsung menyerbu pedagang bajigur. Ditambah lagi karyawan perkantoran sekitar yang pada saat itu berada di luar gedung. Kebanyakan dari mereka membeli bajigur. Lainnya disertai kacang rebus, timus, pisang atau ubi rebus. Saya sendiri membeli bajigur dengan merogoh kocek Rp 3.000.

Sayangnya, saya tidak bercakap-cakap dengan pedagang tersebut. Saya hanya mengamati betapa sibuknya dia melayani para pembeli. Iingin mengajaknya berbincang, jadi ragu. Sementara begitu pemebli sepi, hujan kembali turun. Akhirnya saya putuskan untuk pergi dari Kemenag RI setelah banjir mulai surut.



Pedagang bajigur diserbu pembeli yang menepi di depan Kantor Kementrian Agama RI akibat terjebak banjir, Kamis (17/1/2013).

Selain untung bagi pedagang asongan, sejumlah jasa pun bermunculan, seperti jasa pengangkut motor mogok yang menggunakan gerobak. Ketika saya berada di Thamrin, jasa tersebut bermunculan. Namun, tidak ada pengendara yang menggunakan jasa itu. Para pengendara masih dengan gigiih untuk mendorong motornya yang mogok ke tempat yang lebih tinggi.

Berkenalan dengan Orang Baru

Karena merasa senasib seperjuangan, tentunya curhatan mengalir begitu saja sesama pengendara. Contohnya saya yang pada saat itu berkenalan dengan Lala, salah seorang karyawati yang bekerja di daerah Harmoni. Lala terpaksa ikut menepikan motornya di depan Kemenag RI karena tidak mau memaksakan diri menerjang banjir. "Daripada mogok di tengah jalan, mending minggir dulu. Mau bali pulang juga ga bisa karena banjir juga," curhat Lala.

Senada dengan ungkapan Lala, seorang pengemudi wanita lainnya yang bekerja di daerah Sunter, Jakarta Utara, juga memilih menepi. Adalagi seorang ibu paruh baya yang tampak kepayahan. Dia bahkan kebingungan karena kehabisan bensin motor. Bayangkan, mau dicari di mana pom bensin saat berada di tengah pusat kota seperti itu. Mencari bensin eceran pun susah!

Saya juga berkenalan dengan seorang pegawai yang bekerja di daerah Mangga Besar. Aduh, maaf ya saya lupa namanya :D Pria ini saya kenal saat hendak meninggalkan Kemenag. Mungkin karena saya perempuan, pria ini dengan baik hati menawarkan diri untuk touring mencari jalan pulang plus pom bensin terdekat. lagi-lagi karena perasaan senasib, bensin tiris. Kebetulan dia mengarah ke Setiabudi, Kuningan dan saya ke Senayan. Namun, apa mau di kata. Begitu kami balik arah, banjir di Sarinah justru kian parah. Akhirnya kami berpisah dan isi bensin di pom bensin yang ditemui masing-masing pihak.

Hiburan Gratis
Ya, hiburan gratis. Di saat susah, tentu ada sesuatu yang lucu. Daripada manyun terjebak banjir yang entah kapan surut, belum lagi mikirin pekerjaan kantor tertunda gara-gara belum tiba di kantor, akhirnya aksi para pengemudi yang menerobos banjir menjadi tontonan asyik bagi pengendara yang menepi.

Para pengendara yang menepi ingin tahu bagaimana kelanjutan aksi pengendara yang menerobos. Apakah berhasil melewati banjir atau justru motor mogok di tengah jalan, atau bahkan terpeleset. Ya, seperti itulah gambaran waktu itu. Bak perlombaan yang harus meniti rintangan, setiap pengemudi yang menerobos diteriaki sambil ditepuki tangan memberi semangat, "Ayo, ayo, ayo!"  Begitu kendaraan itu selamat hingga ujung, penonton menyoraki kembali, "Horeeeee!!".

Mirisnya, ketika pengendara gagal menerobos banjir. Penonton meneriaki kesenangan. Bahkan ada yang menertawakan, hahahahah! Iya, mereka merasa menang. Mungkin dalam hati mereka, "Rasain, dibilangin ga percaya. Banjir diterobos, mogok kan motornya!" Tak jarang pula, ada beberapa pengendara yang terpeleset bersama motornya akibat tidak melihat batas antara jalur Transjakarta dengan jalan mobil pribadi.


Genangan air yang terdapat di depan Wisma Mandiri, Thamrin, Kamis (17/1/2013). beebrapa motor tampak mencoba menerjang banjir.



Selain tontonan gratis, ajang hiburan lainnya adalah narsis! Ya, iyalaaah. Kapan lagi menjadi saksi dari peristiwa terbesar sepanjang sejarah banjir Jakarta. Selain memotret keadaan sekitar sebagai bahan sharing (read: laporan?) ke orang kantor, sosial media, dan teman-teman, jangan lupa foto diri sendiri dengan background banjir! Lucu emang diliatnya. Semacam rada kamsepeuy, tapi saya mempraktikkannya kok! Hahahaahaa. Seru! :P

Dan jangan salah, para bule pun kegirangan dengan momen banjir ini. Sewaktu saya berada di Sarinah, beberapa warga kenegaraan Jepang tampak rapi berpakaian lengkap dengan setelan jas berfoto ria dengan background banjir di Sarinah. Adalagi, dua bule "gila" ini malah main renang-renangan pakai ban saat banjir di HI. Hahahaa, kasian deh... Di negara mereka nggak ada yang beginian *mirissendiri

Salah satu korban yang terjebak banjir di HI "narsis" di atas mobil tronton, Kamis (17/1/2013). Courtesy of Harsha Vardhana
Selain narsis, tentunya kubangan air yang amat sangat luas ini menajdi ajang buat anak-anak berenang gratis. Ya, seperti yang Anda lihat di televisi-televisi, mereka nampak senang sekali berenang meski di tengah air yang jorok bin kotor. Namun, tidak ada kata sakit bagi mereka. What ever happen, hajar bleh!

Hal ini tampak pula pada saat saya bergeser menepi ke daerah Sarinah. Sejumlah anak tampak riang menaiki gerobak yang niatnya dipergunakan untuk jasa evakuasi motor. Karena belum ada yang mau memakai jasa tersebut, akhirnya mereka menaiki gerobak tersebut sambil meneriakki yel-yel tertentu. Tidak ada beban sama sekali di wajah mereka. Yang ada hanya happy, hapyy, dan happy!

Sejumlah anak menaiki gerobak dan meneriaki yel-yel saat gerobak pengangkut motor melintas di depan Sarinah Thamrin, Kamis (17/1/2013)

Kantor Libur
Kalau yang ini pasti otomatis disenangi oleh para pekerja. Tak lama menepi di Kemenag RI, saya mendengar perbincangan satpam lewat HT bahwa hari itu dijadikan cuti  bersama. Akhirnya pegawai Kemenag yang sduah terlanjur berada di kantor segera keluar dan mencari jalan pulang. Bahkan, listrik di kantro tersebut dipadamkan. Ruangan gelap, menurut penuturan salah satu pegawai.



Banyak Kendaraan Mogok
Nah, ini urusan teknis sekali. Tentu sudah pada tahu, kalau kendaraan memaksa menerjang banjir, pasti tidak lama lagi mogok bakalan terjadi. Tidak semua kendaraan memang. Namun, begitulah yang saya lihat di Sarinah kemarin. Ini diakibatkan mesin yang kemasukan air.


Saat itu, kondisi Jalan Thamrin jadi chaos sekali. Peraturan lalu lintas otomatis ditiadakan. Lawan arus diperbolehkan. Tepat di depan McD Sarinah, banjir setinggi lutut orang dewasa. Satu ruas jalanan tergenang oleh banjir. Sementara seberangnya, di depan kantor KPU pusat, jalanan dijadikan parkir motor gratis yang tak beraturan. Ya, motor-motor itu parkir dan para pengemudinya berusaha sekuat tenaga mengembalikan motor mereka agar bisa jalan lagi. Saya, alhamdulillah, motornya baik-baik saja *elus2 si putih semoga nggak pernah mogok, ya.


Saya menjumpai seorang pria yang curhat sembari mendorong motornya. "Motor saya mogok. Businya masuk ke tangki bensin. Nggak bisa nyala lagi, deh," tuturnya. Ya, pengemudi itu mencabut busi motornya, lalu mencelupkan busi ke tangki bensin dengan maksud supaya begitu dipasang, motornya bisa hidup lagi. Naasnya, karena tanganyya licin kena air hujan, busi itu lolos dari genggamannya dan tenggelam ke tangki bensin.


Selain motor, juga banyak mobil yang mogok. Saya melihat sebuah mobil Kijang Innova (kalau tidak salah) yang dikendarai seorang wanita sedang didorong oleh beberapa aparat keamanan. Ya, lagi-lagi itu menjadi tontonan seru bagi yang berada di lokasi kejadian. Bukannya membantu mendorong, mereka justru merekamnya melalui telepon genggam mereka. Hahaha, jadi bikin susah jalan juga karena dikerubungi oleh para peliput dadakan.


Saya pun tak mungkin melanjutkan perjalanan. Akhirnya tanya-tanya penduduk setempat, jalan yang tidak banjir untuk arah kantor, saya ditunjuki lewat Tanah Abang saja. Ya sudah deh, tjus ke Tanah Abang yang rupanya lancar jaya kecuali di perempatan kuburan Karet.


Sempet jengkel juga karena di saat kondisi lalu lintas stuck gitu, ada iring-iringan pejabat sembari khawatir dengan kondisi bensin yang menipis. Saya sempat mengumpat, pejabat siapa ini yang dengan seenaknya begini. Oh, rupanya iring-iringan Dubes Argentina yang hendak ke Istana Presiden untuk mengadakan pertemuan. Sayangnya, pertemuan yang direncaankan itu gagal akibat Istana sendiri kebanjiran :D


Begitulah ceritanya hari itu.
Mmm hikmahnya adalah jangan buang sampah sembarang, ya! Nggak peduli kalau pemerintah nggak menyediakan tempat sampah yang cukup. Sekarang jangan bergantunglah sama pemerintah, tapi diri kita sendiri aja benerin. Simpan sampahnya dan buang kalau sudah ketemu tempat sampah.

Bagi pengendara motor, jangan tunggu bensin abis, deh. Isi secepatnya. Kalau keadaan darurat gini, gak asik banget kan keabisan bensin. Dan jangan lupa membawa perlatan perbengkelan kecil buat kendaraannya.


2 komentar

  1. wah keren banget nih tulisannya, bener2 pengalaman. ^_^

    http://mariskasendisetyastory.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. Hohohoo.. iyah emang pengalaman pribadi.
    Thx yaah udah berkunjung ;)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)