One Step Closer... The Khitbah Day

Finally, hari lamaran itu datang juga. Begitu cepat prosesnya kalau dirasa-rasa. Mulai dari pihak keluarga pacar yang menanyakan hubungan kepastian kami, lalu papah menyetujui dan bergerak plus memberikan tanggal pernikahan. Esoknya, papah konfirmasi kembali ke ayah si pacar, bagaimana kelanjutannya. Seketika itu pula, seminggu lagi dilangsungkan acara lamaran.

Yup, 2 Februari 2012 adalah hari dimana rombongan keluarga si pacar datang ke rumah saya untuk melamar. Sepuluh hari yang lalu, sang pacar sudah mengajak saya untuk membeli cincin lamaran. Saat itu belum ketahuan kapan akan dilamar, tapi mumpung keduanya kosong waktunya, langsung pesan cincin lamaran.

Di tengah kesibukan bekerja (sok sibut banget yeee..), saya nggak banyak mempersiapkan apa-apa. Kalau saya lihat di Facebook temen-temen, mau lamaran aja pake undang hair/hijab stylish, make up stylish, atau mungkin juga membeli baju khusus. Lah saya, pakai baju yang ada aja deh. Sempat terbesit niat untuk pinjam baju kakak, tapi bajunya nggak dibawa pas ke rumah. Ya sudahlah, pakai baju yang aja aja. Ngahahah, iya sih mgkn krn ga ada waktu juga jadi pake yang ada aja kalau begitu.

Nggak banyak temen juga yang saya undang apalagi diberitahu. Hanya memberitahu teman-teman deket saja, tantan Irmaw, tantan Anthy, si Mela, dan Caca. Trims to tantan Irmaw yang menyempatkan waktunya di sore hari buat datang ke rumah saya di tengah kesibukannya berwara-wiri. Hihihhii, bahkan pas Irmaw datang juga saya belum mandi, lho :P

Rencananya lamran akan dilaksanakan ba'da Isya. Sehabis Maghrib, saya siap-siap. Niatnya mau dandan abis isya aja setelah sholat Isya, toh saya juga nggak keluar kamar hingga acara selesai. Jadi kalau kelamaan dandan, yaa males juga. Namun, karena ada yang ngedandanin dan menuntut saya dandan sekarnag juga. Ya sudah deh, abis Maghrib mualilah saya bersolek. Kebetulan ada kaka ipar saya yang memang lihai berdandan dan stand by di sana.

suasana saat lamaran

Sementara itu, selesai didandani, saya ber-BBM-an sama pacar. FYI, dalam adat Betawi, nggak umum kalau cowok ikut lamaran. Pilihannya, calon pengantin boleh ikut atau tidak dalam acara lamaran. Namun, kebanyakan dari mereka, prefer stay di rumah. Beda halnya dengan ini, kali ini saya paksa dia untuk ikut. Ya ya yaa.. saya tahu dia orangnya pemalu. Lah, udah kayak gini masih malu aja. Heraann --" Akhirnya dengan sedikit jurus saya, dia akhirnya datang juga.

Pukul 20.30 WIB rombongan datang. Dekat memang jarak rumah saya dan dia, tapi datangnya rada malam juga ya. Ya sudah, saya stay di kamar ditemani oleh nenek saya yang kebetulan terjebak di kamar saya. Iya, jadi begitu nenek saya mau keluar, di depan pintu kamar sudah dipenuhi oleh rombongan besan yang sedang duduk-duduk.

Layaknya ritual lamaran, diawali dengan pernyataan maksud kedatangan rombongan calon mempelai pria. Lalu, sambutan dari tuan rumah dan pembacaan doa. Entah kebetulan atau bagaimana, yang membacakan doa adalah calon mertua saya. Sebelum dia memulai baca doa, dia meminta dipanggilkan calon mempelai wanitanya untuk dipasangkan "tanda". Katanya, kalau nggak ada orangnya kurang afdhol. Hihihhiii..

Dek, saya langsung siap-siap di kamar. Begitu keluar kamar, bersalaman dengan rombongan wanita dari pihak pacar. Sumpah yaa deg-degan gitu. Rasanya blank semua yang sudah diatur tadi di otak. Begitu sampai di hadapan calon ibu mertua, lebih kikuk lagi. Apalagi pas dipakaikan cincin sebagai "tanda ikat" hubungan kami.

momen-momen saat dipakaika "tanda"

Jari manis kiri dimasukkan cincin. Yak, agak tersendat rupanya begitu cincin dimasukkan alias ke-ke-cil-an! Setelah itu saya nge-blank. "Salim dong," kata Mamah saya. Oh iya bener, salim :D Hahaha, beneran kikuk. Padahal sebelumnya saya diajari, "kalau nanti habis dipakein cincin, salaman sama orang tuanya." Salaman sama ibu saya pun ngak saya lakuin. Beneran nggak inget. Ampun mamaaaaahhh :D

Sesuai acara, sehabis dipakaikan cincin, lalu doa bersama dan ditutu oleh santap makan (larut) malam.

Lantas, ke mana pacar saya? Yak, rupanya dia masih malu. Dia duduk di depan sana, bukannya duduk di dalam, masuk, dan sejajar dengan rombongan lainya. Deeehh -___-" Dia baru masuk ketika semua rombonganya sudah makan. Dan saya menyempatkan diri untuk foto (nggak niat) bersama. Hehehe..

foto nggak niat :P

One step closer.. Mohon doanya ya. Mudah-mudahan segalanya berjalan lancar sampai hari H. Mudah-mudahan dengan disahkannya hubungan kami ini diberkahi Alloh dan bisa membawa keberkahan bagi banyak orang. Aamiin :)

foto iseng sambil nunggu rombongan datang



4 komentar

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)