Memetik Rahasia Bisnis Fesyen Muslimah bersama Fitri Aulia

Maraknya penggunaan hijab di kalangan wanita muslim (muslimah) Indonesia tampaknya tak lepas dari pengaruh Hijabers Community. Komunitas yang berdiri sejak tahun 2010 ini merupakan suatu kumpulan muslimah muda yang tertarik di bidang bisnis fesyen islami. Masing-masing anggotanya memiliki clothing line dengan gayanya tersendiri sambil tetap mengusung nuansa islam.

Nah, salah seorang muslimah yang termasuk dalam komite hijaber adalah Fitri Aulia. Secara personal, saya amat menyukainya. Saya dibuat terpesona dengan kepribadiannya yang cantik, syar’i, dan sederhana saat mengikuti akunnya di berbagai media sosial. Postingannya di berbagai media sosial juga tidak melulu tentang narsis atau promo koleksi clothing line miliknya, tetapi juga seputar ajaran Islam. Hal ini tentu menjadi pengingat bagi saya untuk menjadi muslimah yang lebih baik lagi.

Fitri memiliki clothing line busana muslimah dengan nama KIVITZ. Mengusung tagline “Syar’i dan Stylish”, desain pakaian yang ia buat sepertinya memang sangat mencerminkan dirinya. Menurut saya, konsep desain baju Fitri selain memenuhi kaidah islam dalam menutup aurat, look-nya amatlah sederhana tetapi tetap elegan.

Akhir Februari 2014 lalu, saya mewawancarainya melalui email. Yuk, kita cari tahu lebih dalam lagi tentang sosok keseharian Fitri Aulia dan cerita di balik kesuksesan bisnis busana muslimnya yang bernama KIVITZ.


Fitri Aulia dengan tiga model pakaian terbarunya (photo by KIVITZ)

Cikal-bakal KIVITZ

Meski menggemari dunia fesyen, tak pernah terbayang dalam benak Fitri untuk memiliki clothing line sendiri, apalagi menjadi seorang fashion designer. Layaknya kehidupan anak seusia Fitri kala itu, selepas lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), Fitri melanjutkan sekolah ke jenjang strata satu.

Hal ini didukung pula oleh dukungan dari keluarga dan lingkungan, Mereka mendukung Fitri untuk kuliah di perguruan tinggi negeri. Walau bukan passion-nya, Fitri memilih jurusan studi Administrasi Bisnis FISIP UI di tahun 2006 dan lulus empat tahun kemudian.

“Awalnya peran keluarga serta lingkungan saya mendukung agar saya masuk perguruan tinggi negeri. Jadi, jurusan Administrasi Bisnis di FISIP UI-lah yang saya pilih. Walaupun sebenarnya jurusan kuliah ini bukan passion saya yang sebenarnya”, tulis Fitri dalam balasan surat elektronik kepada saya.

Namun demikian, rutinitas itu berubah saat Fitri menemukan pasangan hidupnya, yakni seorang dosen desain kreatif kala itu. Dari cerita Fitri, suaminyalah yang amat berperan dalam bidang fesyen yang ia geluti. Suami amat mendukung dan memfasilitasi hasrat Fitri untuk menjadi seorang fashion designer. Bahkan, sang suami juga turut merancang konsep dari merk fesyen yang mereka kelola saat ini.

Yup, dengan bekal ilmu dasar dari perkulihannya serta dorongan suami tercinta, Fitri memberanikan diri untuk berwirausaha di bidang fesyen islami. Pada 10 Oktober 2010 berdirilah KIVITZ, sebuah blog fesyen pribadi yang kini menjelma sebagai clothing line Fitri Aulia bersama sang suami.

Nama KIVITZ sendiri diambil dari nama kecil Fitri di rumah, yaitu Kipit. Kemudian, nama ini diubah sedikit agar lebih unik dan mengena di hati masyarakat. Ketemulah nama KIVITZ. Selama tiga tahun berdiri, KIVITZ sudah memiliki 10 orang karyawan dan 15 orang penjahit. *Woow banget! Sudah bisa mempekerjakan 25 orang!*.

KIVITZ juga telah mengikuti ajang fashion show besar seperti Jakarta Fashion Week 2014 dan Indonesia Islamic Fashion Festival 2013.

Diakui Fitri, kecintaannya pada dunia fesyen tak pernah membuatnya merasa jenuh, apalagi berkat dukungan penuh dari suami, keluarga, dan para sahabat. Sesama teman desainer di Hijabers Community pun saling mendukung. Sistem persangan sehat yang diterapkan anggota Hijabes Community membuat Fitri semakin yakin dan konsisten untuk menekuni bidang fesyen islami.

Terkait dengan ide-ide rancangannya, Fitri memegang teguh yang namanya idealisme agar rancanganny tidak pasaran, apalagi meniru yang sedang trend.

“Desainer yang baik pada dasarnya harus mengenali sendiri karakter rancangannya. Tidak asal meniru orang atau yang sedang trend. Idealisme inilah yang disebut orisinalitas. Selebihnya, inspirasi boleh datang dari manapun, baik fesyen maupun lintas disiplin, bebas untuk dijadikan inspirasi desainer”, terang muslimah cantik penyuka bakso ini.

Fitri Aulia berpose di salah satu sudut butik barunya di Pekanbaru (photo by KIVITZ)
Suami sebagai Partner Hidup juga Partner Bisnis

Dengan kesamaan niat membesarkan KIVITZ, bagi Fitri, sang suami tidak hanya sebagai partner hidup, tetapi juga partner bisnis. Dalam email, Fitri menceritakan bagaimana proses kreatif mereka berdua dalam mengembangkan bisnisnya.

“Sebelum mendesain baju, harus melalui tahap brainstorming dengan mengunakan moodboard. Setelah itu, pemberian nama dan penguatan konsep. Barulah melakukan proses produksi, mulai dari trial pola, uji sampel, sampai jahit massal,” tutur Fitri dalam ceritanya.

Bersamaan dengan itu, lanjut Fitri, sang suami yang juga sebagai brand designer melakukan photoshoot untuk branding collection, teaser, poster, dan katalog. Langkah terakhir, penjualan produk di online shop ataupun butik-butik yang mereka miliki.

Karena kecintaan mereka berdua di bidang bisnis fesyen, tak jarang waktu luang yang mereka habiskan pun masih berkaitan dengan pekerjaan. Ya, memang seolah tidak ada batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Namun, jika sama-sama menikmati, tidak masalah, bukan?

”Mungkin kami memang sudah tidak bisa membedakan mana pekerjaan dan mana liburan karena sama-sama menyenangkan,” tulis Fitri.

Contohnya saja di akhir pekan, lanjut Fitri dalam ceritanya. ”Dalam rangka mencari ide untuk trend fesyen yang akan dikeluarkan KIVITZ, saya dan suami kerap meluangkan waktu berdua untuk menggambar, mendesain katalog, atau hanya sekadar iseng menonton Fashion TV.”

Eits, tapi jangan salah, lho. Mereka tetap punya kok kegiatan yang sama sekali di luar fesyen dan desain, yakni traveling dan olahraga.

Fitri Aulian bersama suami, Mulki Aulia membangun brand KIVITZ pasca pernikahan mereka (photo by KIVTZ)


Rencana ke Depan

Saat ini kesibukan Fitri tengah terbagi tiga: sekolah, mengurus bisnis, dan tak lupa perannya sebagai isteri. Di tahun ini Fitri berharap dapat merampungkan kuliahnya di bidang fesyen desain di Lasalle College.

Sementara dari sisi bisnis, Fitri berharap agar KIVITZ memiliki cabang di banyak kota besar di Indonesia dengan jumlah produk yang merata di setiap butik. Sebagai informasi, KIVITZ baru buka butik sendiri loh di daerah Bintaro sektor 1, Jakarta dan Pekanbaru. Store KIVITZ lainnya juga ada di Meindesigner, Plasa 88, Kemang, Jakarta.

Ada cita-cita mulia dari Fitri untuk ke depannya. Setelah perusahaannya berjalan dengan baik dan stabil, Fitri ingin fokus mendirikan komunitas gerakan amal yang merupakan CSR dari brand KIVITZ.

”Saya ingin menamai komunitas amal ini ’KIVITZ Sisters’ yng bertujuan memberdayakan perempuan mulimah dalam dakwah dan kreativitas,” tulis Fitri mengakhiri wawancara saya via surat elektronik.

Bagaimana teman-teman setelah membaca tulisan di atas? So inspiring she is, isn’t she? Eh, masih ada satu rahasia lagi tentangnya, lho. Di tengah waktu luangnya sehari-hari, ia kerap membaca Al-Qur’an sebab ia adalah anggota dari One Day One Juz (ODOJ).

Hhhm, Fitri aja masih mau meluangkan waktunya untuk membaca satu jus per hari. Mudah-mudahan kita, termasuk saya, tetap bisa istiqomah ya untuk ODOJ!

Find out more about Fiti at


Thinking about the future (photo by KIVITZ)








Tidak ada komentar

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)